BALIKPAPAN—450 mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Fakultas Sastra menghadiri acara Dialog Kebangsaan yang disampaikan oleh ketua Dewan Pembina Yayasan Pendidikan Tinggi Dharma Wirawan Kalimantan Timur Dr. H. Rendi Susiswo Ismail SE. SH. MH., yang berlangsung di Ballroom Putri Aji Karang Melenu Gedung G lantai 8 Kampus Universitas Balikpapan, Kamis (14/09/2023).
Selain dihadiri oleh Dr. H. Rendi Susiswo Ismail, juga hadir Rektor Universitas Balikpapan Dr. Ir. Isradi Zainal. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Balikpapan Dr. Drs. H. Tamzil Yusuf MM. Wakil Dekan Dr. Dwi Susilo Wati. Ketua Program Studi Manajemen H. Nadi Moercy SE. MM. Ketua Program Studi Akuntansi Yanzil SE. M.Acc.AK serta sejumlah staff Fakultas Ekonomi Universitas Balikpapan.
Acara diawali dengan sambutan Dr. H. Tamzil Yusuf. Menurutnya, dirinya sudah lama mengenal sosok Dr. H. Rendi Susiswo Ismail sejak tahun 1990an. Ia menyebutkan, Dr. H. Rendi Susiswo Ismail dikenal sebagai sosok cekatan dan cerdas. “Sejak tahun 90an saya sudah mengenal beliau. Dan saya memanggilnya Bung Rendi. Beliau orang hebat,” ujar Tamzil Yusuf.
Tamzil menambahkan, bahwa sepak terjang Dr. H. Rendi Susiswo Ismail sudah tidak diragukan lagi sejak Rendi masih muda. Menurutnya, Dr. Rendi Susisiwo Ismail ini memiliki segudang pengalaman dan pernah menduduki jabatan-jabatan strategis. Diantaranya Ketua KNPI Kota Balikpapan 2 periode. Ketua MPI Kota Balikpapan 2 periode. Ketua KPU Kota Balikpapan. Ketua KADIN Kota Balikpapan 2 periode. “Ini kalau saya sebutkan pengalaman Beliau semuanya bisa memakan waktu. Yang jelas Bung Rendi ini memang luar biasa. Sebab Kampus Universitas Balikpapan ini menjadi sebesar ini berkat tangan dingin beliau, sehingga kampus Uniba menjadi salah satu kampus termegah di Balikpapan dan salah satu perguruan tinggi terbaik yang ada di pulau Kalimantan. Padahal dahulunya, sebelum Pak Rendi menjadi Ketua Yayasan, kampus kita ini seperti bangunan SD Inpres. Bahkan kalau hujan, kampus ini kebanjiran,” pungkas Tamzil Yusuf disambut tepuk tangan luar biasa dari seluruh peserta yang hadir pagi itu.
Usai menyampaikan sambutannya, acara dilanjutkan dengan sambutan Rektor Universitas Balikpapan Dr. Ir. Isradi Zainal. Dalam sambutannya Rektor Uniba menyampaikan ada 1 hal yang patut disyukuri. Yang pertama bisa berkumpul pada hari ini untuk mendapatkan bekal tentang kiprah Bangsa Indonesia dahulu dan masa depan. “Jadi hari ini kita acara dialog kebangsaan yang terkait dengan pendidikan. Nah, ini sangat tepat adik-adik sekalian. Karena kalau bicara pendidikan itu tanpa pendidikan yang dipelopori Ki Hajar Dewantara mungkin kita tidak Merdeka hari ini,” ujar Rektor Uniba.
Lebih lanjut Rektor Uniba menyampaikan, pada saat Jepang kalah, porak poranda, Kaisar Jepang cuma menanyakan, apakah ada guru tidak di masyarakat. Maka masyarakat Jepang kala itu mengatakan ada. Maka Kaisar Jepang itu menyatakan, dengan adanya guru di Jepang, maka Jepang akan maju.
Namun untuk konteks Kalimantan Timur menurut Rektor Uniba, salah satu kelemahannya adalah pendidikan. Dan membutuhkan orang yang memperjuangkan masalah kependidikan di Kalimantan Timur. “Dan orang yang pas memperjuangkan pendidikan di Kalimantan Timur adalah Dr. Rendi Susiswo Ismail,” ujar Rektor Uniba disambut tepuk tangan meriah.
Setelah menyampaikan sambutannya, acara dilanjutkan dengan acara inti, yaitu Dialog Kebangsaan yang disampaikan oleh Dr. H. Rendi Susiswo Ismail dengan moderator Riska Arianti dari mahasiswa Program Studi Manajemen. Diawal orasinya Dr. H. Rendi Susiswo Ismail menyampaikan, bahwa kalau bukan Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, saya yakin dan percaya bahwa kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 tidak akan pernah terjadi.
Lebih lanjut Dr. Rendi Susiswo Ismail menyampaikan, atas dasar kekalahan Jepang saat dibomnya Hirosima dan Nagasaki yang sudah menjajah Indonesia selama 4,5 tahun. Dan kala itu Jepang menjanjikan kepada Bangsa Indonesia akan memerdekan Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1945. Akan tetapi munculah anak-anak muda terpelajar yang sebagian dari kalangan santri yang dipimpin oleh Sukarni pada waktu itu. Dan diketahuilah bahwa Hirohito menyatakan kekalahannya. Dan serta merta oleh sekutu akan mengambil alih seluruh wilayah kekuasaan yang dikuasasi Jepang, termasuk Hindia Belanda. Kemudian atas dasar itulah, para penguasa pemerintah Jepang yang ada di Hindia Belanda, kemudian memanggil sejumlah tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia. “Diantaranya Bung Karno, Wardiman Joyo Diningrat. BM Dias. Ada 4 orang dipanggil. Dan pada saat dipanggil itu, pemerintah Jepang menyatakan Bangsa Indonesia akan diberikan kemerdekaan pada 24 Agustus 1945. Tapi anak-anak muda ini, Sukarni CS ini, mendengar dari radio bahwa dalam kurun waktu yang sesingkat-singkatnya, Sekutu akan masuk ke Hindia Belanda. Untuk menertibkan sekaligus mengambil alih kekuasaan Jepang di kawasan Hindia Belanda,” ujarnya.
Selanjutnya, Dr. Rendi Susiswo Ismail menyampaikan, melihat situasi ini, para anak-anak muda terpelajar yang dipimpin oleh Sukarni ini menghadap Bung Karno bahwa tidak boleh ada penundaan kemerdekaan Indonesia. Maka para anak muda ini meminta Bung Karno untuk segera memproklamirkan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, yang saat itu bertepatan pada hari Jumat dan bertepatan pula pada tanggal 9 Ramadan kala itu. Akan tetapi mereka tetap memaksa Bung Karno kalau jepang memberikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1945 maka Bangsa Indonesia tidak akan pernah Merdeka. Karena pada saat itu Sekutu akan datang. Kemudian pemerintahan Jepang diambil alih oleh Sekutu. “Sampai kemudian Bung Karno diculik, karena pada saat itu Bung Karno tidak mau untuk memproklamasikan Indonesia. Namun Bung Karno dipaksa untuk memproklamirkan Bangsa Indonesia. Maka pada akhirnya Bung Karno berkenan pada tanggal 17 Agustus 1945 itulah Bung Karno membacakan Proklamasinya,” tukasnya.
Sejak diproklamirkan Indonesia, maka berdirilah bangsa ini yang kala itu masih berumur jagung. Kemudian melalui konferensi meja bundar. Pemerintah Belanda menyatakan kemerdekaan Indonesia yang saat itu konferensi meja bundar yang dilaksanakan di Denhag dengan dihadiri oleh beberapa presiden dari berbagai negara di dunia kala itu.
Di era kepemimpinan Bung Karno, Indonesia mengalami sedikit kemajuan. Dan saat itu suhu politik sedang panas-panasnya. Saat itu ada belasan partai politik. Bahkan partai komunis pun ada, yaitu PKI. Dan dimasa kepemimpinan Bung Karno itu, rupanya ditahun 1967, para mahasiswa dari berbagai daerah mendemo Bung Karno untuk turun dari kursi kepresidenannya. Akhirnya Bung Karno turun dan digantikan oleh Presiden Soeharto.
Selama 32 tahun Soeharto memimpin bangsa ini, banyak sekali kemajuan. Dan partai politik dipangkas hanya tinggal 3 saja, yaitu PPP, Golkar dan PDI. Bahkan presiden Soeharto kala itu dijuluki Bapak Pembangunan. Namun di tahun 1998, lagi-lagi mahasiswa di seluruh Indonesia melakukan demo besar-besaran, yang kala itu disebut Reformasi. “Kala itu saya masih menjadi aktifis. Dan sempat pula melakukan demo saat itu. Akhirnya Presiden Soeharto turun. Karena terlalu lama menjadi presiden dan banyaknya KKN yang terjadi dinegeri ini,” ujarnya.
Usai Soeharto turun menjadi presiden. Kursi kepresidenan dilanjutkan oleh wakilnya, yaitu BJ Habibi. Namun hanya 2 tahun menjabat terjadilah pergantian presiden yang kala itu proses pemilihan presiden masih dilakukan oleh DPR RI. Maka terpilihlah KH Abdurahman Wahid atau biasa disebut Gusdur. Namun ironisnya, ditengah masa pemerintahannya, Gus Durpun digulingkan kemudian digantikan oleh Wakilnya, yaitu Megawati Soekarno Putri. Dan diakhir masa jabatan Megawati, Indonesia merubah sistem kepemiluan. Di mana pemilihan presiden tidak lagi dilakukan oleh DPR RI. Melainkan dipilih langsung oleh rakyat pada tahun 2004. Itu Pemilihan presiden pertama yang terjadi di Indonesia, yang kala itu suara terbanyak diperoleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jusuf Kalla. Kemudian Pemilu berikutnya, SBY kembali terpilih menjadi presiden dengan wakilnya Budiono di tahun 2009 hingga tahun 2014.
Di tahun 2014, masyarakat Indonesia semakin jeli memilih presidennya. Kala itu Joko Widodo digadang-gadang menjadi presiden ternyata terealisasi. Saat itu Joko Widodo berpasangan lagi dengan Jusuf Kalla. Kemudian 5 tahun kemudian, Joko Widodo kembali mencalonkan diri dengan calon wakil presidennya KH Ma’aruf Amin pada tahun 2019.
Dan selama era pemerintahan Joko Widodo banyak sekali kemajuan. Khususnya infrastruktur, pendidikan, perbaikan ekonomi dan yang paling fenomenal dan paling bersejarah sepanjang Indonesia Merdeka adalah, dipindahkannya Ibu Kota Negara dari Jakarta ke Kalimantan Timur, atau tepatnya di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara yang disebut dengan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
Inilah momen paling luar biasa bagi bangsa Indonesia. Untuk itu, Dr. H. Rendi Susiswo Ismail selaku Ketua Dewan Pembina Yayasan Pendidikan Tinggi Dharma Wirawan Kalimantan Timur yang membawahi Universitas Balikpapan, meyakini bahwa Universitas Balikpapan harus mampu beradaptasi dan memiliki kompetensi, agar para alumni Universitas Balikpapan dapat mengisi ruang di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara nantinya. Dan dalam waktu dekat ini pula, Universitas Balikpapan akan membangun Kampus Fakultas Kedokteran di Penajam. “Hal ini sudah lama saya rencanakan, dan Alhamdulillah, Penajam itu termasuk wilayah IKN. Dan kami harus mampu bersaing. Sebab akan ada perguruan-perguruan tinggi swasta skala nasional yang juga membuka cabang di IKN. Maka saya optimis, bahwa Uniba akan mampu bersaing dengan perguruan-perguruan tinggi tersebut,” pungkasnya.
HUMAS UNIVERSITAS BALIKPAPAN